Sabtu, 06 Mei 2017

Pendidikan Kebencanaan dan Lingkungan

SENANDUNG SMONG DARI SIMEULUE

Jika dilihat kilas balik pada kejadian bencana tsunami yang meLanda tanah rencong tahun 2004 silam. Hal yang sungguh tidak disangka terlintas terkait perbedaan jumlah korban yang yang meninggal antara Kabupaten Simeulue dan kota Banda Aceh. Di Kabupaten Simeulue korban jiwa yang meninggal hanya 6 orang sedangkan di kota Banda Aceh mencapai ratusan ribu jiwa. Bisa dilihat bahwa korban jiwa di Kabupaten Simeulue sangat jauh berbeda dengan kota Banda Aceh. Padahal pusat gempa sangat dekat dengan Kabupaten Simeulue dan gugusan Kepulauan Simeulue  berada di atas persimpangan tiga palung laut terbesar dunia, yaitu pertemuan lempeng Asia dengan Asutralia dan Samudra Hindia.  Kepulauan Simeulue mengalami kerusakan sarana prasarana sangat parah. Namun jumlah korban jiwa akibat peristiwa tersebut relatif minim.

 SD di Teupah Barat hancur dihantam gempa dan smong pada 2004 tersisa plang nama


Patut dipertanyakan bukan? Hal ini mengundang berbagai peneliti dari mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang dilakukan penduduk dalam menghadapi bencana. Ternyata di Kepulauan Simeulue dikenal istilah “SMONG”. Smong adalah nama lain dari tsunami dalam bahasa Simeulue. Istilah smong dikenal masyarakat Simeulue setelah tragedi tsunami pada hari Jumat, 4 Januari 1907. Saat itu menjadi pelajaran hidup bagi masyarakat Simeuleu. Kejadiannya masih berbekas setelah tsunami meluluhlantahkan Simeulue. Sarana prasana hancur, harta benda hilang, banyak korban jiwa yang berjatuhan maupun kehilangan sanak saudaranya.

Saat ini smong menjadi kearifan lokal masyarakat Simeulue dalam mitigasi menghadapi bencana. Bahkan kearifan lokal ini telah diakui dunia setelah mendapatkan penghargaan SASAKAWA AWARD oleh ISDR (International Strategy for Disaster Reduction). Smong dalam bentuk konkretnya merupakan sebuah cerita (nangka-nangka, sikambang atau nandong) atau kesenian tradisional berupa dendang. Nandong dalam masyarakat Simeulue tidak hanya menjalankan fungsi klasik pantun atau syair yaitu sebagai media penyampai isyarat, pendidikan, pencatat sejarah dan hiburan, nandong juga dapat membangun perilaku masyarakat Simeulue dalam merespon fenomena alam gempa bumi yang diikuti tsunami.

Ada pula potongan dari Smong merupakan syair yang diceritakan sebagai cerita pengantar tidur oleh masyarakat Simeulue. Syair yang sering didendangkan untuk mengantar tidur anak merupakan syair nasehat untuk berbakti kepada kedua orang tua, dan sepenggal kisah tentang kepergian orang tua karena amukan gelombang laut SMONG. Selain itu ajakan untuk lari ketempat yang lebih tinggi jika ada goncanyan tanah yang kuat. Sehingga menjadi kebiasaan masyarakat Simeulue lari ke gunung jika terasa goncangan tanah akibat gempa.

Saat ini smong bukan sekedar tsunami, tapi juga kekacuan yang terjadi saat bencana alam. Dan ini adalah salah satu cara masyarakat Simeulue memahami proses dinamika alam dan berupaya melakukan mitigasi untuk mengurangi dampak risiko akibat bencana.